Tanah
Kelahiranku, Butta Salewangan
Maros
merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Tempat dimana aku
dan Ibuku dilahirkan dan tempat dimana aku menghabiskan waktu dimasa kecil yang
sangat bahagia.
Bicara
tentang wisata Maros, beberapa orang mungkin akan
mengernyitkan dahi. Mungkin benar, wisata Maros tak sepopuler wisata Makassar,
tapi bukan berarti tak ada tempat yang menarik untuk dikunjungi di sana.
Selama
ini, Maros lebih banyak dikaitkan dengan keberadaan manusia pra-sejarah yang
ditemukan di Gua Leang-leang, yang terletak di Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan
Bantimurung (sekitar 44 km dari Kota Makassar). Gua bersejarah tersebut dulunya
telah dihuni oleh manusia sejak zaman Megalitikum sekitar 3000 tahun sebelum
Masehi (nyaris satu zaman dengan Nabi Nuh yang meninggal tahun 3043 tahun
sebelum Masehi). Sehingga, rangkaian fakta sejarah bisa menjadi “benang merah”,
yang mengungkap tentang asal-muasal orang-orang Maros atau biasa disebut dengan
istilah “Putera Daerah”.
Kabupaten
Maros sebetulnya memiliki potensi alam yang eksotis. Panorama pegunungan,
keindahan pantai, bentangan karst dan situs arkeologi, menjadikan Kabupaten
Maros bak surga bagi wisatawan pencinta wisata alam.
Berikut beberapa tempat wisata alam di Maros, yang layak masuk bucket list kamut tahun ini:
1.
Rammang-rammang
Rammang-rammang
merupakan kawasan gugusan pegunungan karst (kapur) Maros-Pangkep. Lokasinya ada
di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, sekitar
40 km di sebelah utara Kota Makassar.
Rammang-rammang
menawarkan keindahan pegunungan karst yang begitu luas, dengan sungai dan area
sawah yang cantik di sekitarnya.
Sebelum
berangkat ke Rammang-rammang, wisatawan harus menyiapkan uang tunai untuk
membayar sewa perahu. Salah satu spot menikmati alam Rammang-rammang adalah di
Kampung Berua yang memang harus dicapai dengan perahu.
Harga
sewa perahu beda-beda, tergantung muatannya. Harga sewa perahu untuk 1-4 orang
adalah Rp200 ribu/perahu untuk pulang pergi dari dermaga awal ke Kampung Berua.
Sementara harga sewa perahu yang muat hingga 7 orang adalah Rp 250 ribu,
sedangkan yang cukup untuk lebih dari 10 orang adalah Rp300 ribu.
Setelah
tiba di Kampung Berua, wisatawan bisa trekking di sekitaran pegunungan batu
kapur. Karena harus melewati jalan setapak di sela-sela area sawah yang basah
dan licin, lebih gunakan sepatu atau sandal gunung agar trekking lebih nyaman.
2.
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung
Hal
yang menjadi favorit wisatawan di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung di
antaranya adalah karst, goa-goa dengan stalaknit dan stalakmit yang indah, dan
yang paling dikenal adalah kupu-kupu. Bahkan Alfred Russel Wallace (naturalis
terkenal asal Inggris) menjuluki Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterfly
(kerajaan kupu-kupu). Antara tahun 1856-1857, Alfred Russel Wallace
menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti berbagai
jenis kupu-kupu. Menurutnya di lokasi tersebut terdapat sedikitnya 250 spesies
kupu-kupu.
Taman
Nasional ini memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik utamanya. Beberapa
spesies unik bahkan hanya terdapat di Sulawesi Selatan.
Yang
terbaru, belum lama telah diresmikan Sanctuary Kupu-kupu dan Helena Sky Bridge,
di Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Tempat penangkaran kupu-kupu
dan jembatan gantung tersebut diharapkan dapat menambah variasi tempat wisata
di kawasan ini sehingga tingkat kunjungan wisatawan dapat meningkat.
Lokasi
wisata ini juga memeliki dua buah gua yang juga dibuka sebagai tempat wisata,
yaitu Gua Batu dan Gua Mimpi.
3. Air Panas Rea Toa
Tempat
wisata pemandian air panas Rea Toa selama ini belum banyak diketahui orang
karena masih jarang ter-ekspos. Air Panas Rea Toa berada di Desa Realolo,
Kecamatan Mallawa, Maros.
Sumber
air panas Rea Toa berasal dari air terjun yang berasal dari gunung sehingga
masih alami. Pemerintah Kabupaten Maros telah membangun kolam untuk menampung
air panas tersebut, namun kini kondisinya tak begitu terawat.
Mandi
di kolam ini seperti mandi menggunakan 2 keran, panas dan dingin. Hal ini
dikarenakan ada 2 air terjun dengan suhu berbeda. Salah satu air terjun bersuhu
panas, sementara satunya sangat dingin.
Saran,
jika berkunjung ke wisata Maros ini, silakan siapkan bekal makan dan minum
sendiri karena di sini samasekali tak ada penjual. Bisa juga membawa telur
mentah untuk direbus di sini.
4.
Taman Pra-Sejarah Leang-leang
Leang-leang
merupakan bagian dari ratusan gua-gua prasejarah yang ada di kawasan perbukitan
karst Maros-Pangkep. Leang dalam bahasa lokal berarti gua. Hal itu dikarenakan
ada banyak sekali gua yang terdapat di taman ini. Di dalam gua-gua tersebut
terdapat lukisan dinding dan perkakas manusia purba.
Lukisan
yang terdapat di Gua Pettae berupa lima gambar telapak tangan, satu gambar babi
rusa sedang loncat dengan anak panah di bagian dada. Sementara di mulut gua
yang tingginya mencapai 8 meter dengan lebar 12 meter, terdapat alat serpih
bilah, serta kulit kerang. Untuk mencapai gua ini ada 26 anak tangga yang harus
ditapaki oleh wisatawan.
Sementara
Gua Petta Kere yang berlokasi sekitar 300 meter dari Gua Pettae, memiliki
semacam teras selebar hingga 2 meter. Di gua ini juga ditemukan dua gambar babi
rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah. Untuk
mencapai gua ini, wisatawan harus mengeluarkan usaha lebih dengan menapaki 64
anak tangga terlebih dahulu. Gua tersebut diperkirakan telah dihuni sejak
sekitar tahun 8.000 – 3.000 SM.
Untuk
menuju salah satu wisata Maros yang jadi favorit wisatawan ini, bisa berkendara
dari pusat kota Makassar melalui Jalan Tol Reformasi, lalu ke arah Maros
melalui Jalan Tol Ir. Sutami. Dari sana, tinggal mengikuti papan petunjuk ke
arah Bantimurung.
5.
Danau Kassi Kebo
Danau
Kassi Kebo terletak di dalam Taman Nasional Batimurung-Bulusaurung, tepatnya
setelah Air Terjun Bantimurung.
Wisatawan
harus menempuh jarak kurang lebih 800 meter dari Air Terjun Bantimurung,
melewati jalan setapak dan ratusan anak tangga, lalu jalan setapak dengan
pepohonan rindang di pinggirnya. Udara di sini cukup sejuk, terasa menyegarkan.
Di
samping jalan setapak, wisatawan akan kita melihat adanya aliran sungai yang
berwarna hijau tosca. Itu adalah aliran dari Danau Kassi Kebo.
Tak
begitu lama, wisatawan akan sampai di tepian Danau Kassi Kebo, Panoramanya
memesona, danau ini memiliki tepian pasir putih dan gradasi air berwarna biru
kehijauan.
Selain
itu, wisatawan juga akan mendapat bonus
melihat kumpulan kupu-kupu yang banyak singgah di sekitaran danau ini. Tidak
hanya satu, tapi puluhan bahkan mungkin ratusan.
Jangan
coba-coba untuk berenang di Danau Kassi Kebo ini. Meskipun airnya terlihat
tenang, tapi danau ini memiliki pusaran air yang sangat kencang dan konon sudah
menelan banyak korban. Oleh karena itu, sepanjang jalan menuju danau ini diberi
papan peringatan untuk tidak mandi atau berenang di sini.
Bagus sudah informatif
BalasHapusNilai 4
BalasHapus